Sabtu, 10 Maret 2012

Supporter Indonesia Rasa Ultras

Suporter di Indonesia sedang berada dalam periode bertumbuh. Dalam lima tahun terakhir ini, muncul kelompok-kelompok suporter terorganisir. Suatu fenomena yang berdampak amat positif bagi perkembangan sepak bola nasional. Kehadiran kelompok suporter ini sedikit banyak merubah gaya dukung dan pola perilaku penonton di lapangan. Secara keseluruhan, berdampak pada industri sepak bola nasional yang lebih semarak dan berwarna.
Tak bisa dipungkiri aksi-aksi kreatif kelompok suporter di Indonesia ini mengadopsi gaya suporter luar negeri. Meski di kemudian hari, terjadi proses kreatif dengan lebih banyak menampilkan produk budaya lokal. Suporter luar negeri yang menginspirasi itu bisa dari Barras Bravas (Argentina/Amerika Latin),Roligan (Denmark), Tartan Army (Skotlandia) dan tentunya Italian Ultras!
Kentalnya budaya ultras bisa dilihat dengan teramat jelas dari atraksi kelompok suporter kita di lapangan. Mulai dari menempati sisi tribun tertentu meski tidak selalu di belakang gawang. Namun yang konsisten di sekitar belakang gawang diantaranya yaitu ,Utras Persija,Orange Street Boys(Persija),BCS 1976 (PSS Sleman),ULT1919RAS(PPSM Magelang),UWS 1980(Semen Padang FC), sedangkan beberapa kelompok suporter lainnya lebih suka di tribun tengah menghadap kamera! Menggunakan istilah asing (Ultras) terkadang tidak juga salah asal mengerti dan paham mengenai istilah tersebut. Ultras yang dipakai lebih ke mentalitasnya.. nilai2nya... Saat supporter berdiri 90 menit dan meneriakkan lagu2 pembangkit semangat (bukan lagu2 cacian kepada suatu kelompok), tak peduli hasil yang dicapai,itu juga merupakan bagian dari nilai2 ultras... saat anda melakukan koreografi2 memukau, itu bagian dari nilai2 ultras..ataupun saat kami bertempur dengan supporter , itu juga bagian dari nilai2 ultras..yang jelas Ultras tidak akan menyerang jika tidak diserang terlebih dahulu,tidak akan menolong jika tidak diperlukan
Tapi nilai2 itu, pastilah tercampur dengan budaya kita sendiri... terkadang beberapa komunitas di dalam suporter Persija juga menggunakan istilah ultras, walaupun saat mengaku ultras, mereka dengan bangganya berfoto2 menunjukkan identitas mereka, ya mungkin itu pemahaman akan arti ultras oleh mereka...(narsisme)… Di Luar Negri (Italy,Inggris,German,dll) seorang ULTRAS mungkin tidak punya KTA/ID Card atau bahkan kelompok tersebut sampai memiliki AD/ART karena mereka sangat paham arti kata Ultras, alasan mereka datang ke stadion benar-benar dari Hati dan Jiwanya..bukan juga karena UANG…sedangkan di INDONESIA UANG adalah alat detok sempurna untuk sebuah loyalitas..Orang bisa pindah agama,keyakinan,Klub,bahkan Partai.. Bagi saya AGAMA bisa dipeluk oleh ribuan bahkan jutaan umat,TETAPI SEORANG manusia hanya bisa PELUK SATU AGAMA, apabila ada yg percaya selain TUHANnya maka disebut Musyrik Bahkan KAFIR...Team Sepakbola yang saya dukung Bisa didukung oleh puluhan ribu supporter,TETAPI SEORANG SUPPORTER HANYA BISA MEMILIH SATU TEAM SEPAKBOLA SAJA...Tetapi jika mendukung lebih dari satu team,maka bisa disebut orang yang tidak memiliki komitmen atau bahkan bisa dicap Pengkhianat…maka d iIndonesia muncul slogan seperti SATU JAKARTA SATU (PERSIJA) ,SALAM SATU JIWA(AREMA) dll. Pendukung suatu klub tak harus wadah tunggal (seperti Orde Baru). Apalagi saat ini, mereka (kelompok suporter) melengkapi dengan AD/ART bahkan disahkan dengan akte notaris segala. Ujung-ujungnya adalah konflik kepentingan dan potensi dimanfaatkan elit politik. Contoh di SRIWIJAYA FC supporter Singamania dan Beladas, di Persiba ada PFC dan Balistik, di PERSIJAP ada Banaspati dan JETMEN,Di SEMEN PADANG FC ada SPARTACKS Dan The Kmers,dll
Nah kalo ultras di Indonesia itu yang hebat, terlalu rapi. Kalo diluar negeri mereka hanya merupakan komunitas ataupun kelompok. Kalo disini, kebanyakan merupakan organisasi yang memiliki AD/ART. Parahnya masyarakat awam tidak bisa membedakan yang mana julukan suporter dengan nama kelompok suporter. Seperti contoh The Jakmania. Yang merupakan organisasi suporter pendukung Persija, tapi sering diartikan sebagai julukan untuk menyebut seluruh suporter Persija. Padahal gak semua suporter Persija adalah anggota The Jakmania. Dan memang tidak semua klub punya julukan bagi suporter mereka.
Dirijen seperti Yuli Sumpil, yang sohor itu adalah manifestasi seorang CapoTifoso. Yuli memiliki wibawa seorang CapoTifoso, apabila ia memerintahkan untuk melakukan suatu gerakan maka akan dipatuhi oleh suporter termasuk (seandainya) memerintahkan mengintimidasi pemain lawan dengan lemparan benda-benda, tetapi apabila ia melarang, maka tidak ada satu pun suporter yang berani melawannya. Walaupun ada yang berpendapat seorang Yuli Sumpil tidak pantas disebut demikian Karena dia "hanya" memimpin Aremania. Beda dengan capo tifoso di curva sud atau nord di Itali misalnya. Yang tidak hanya memimpin kelompoknya, tapi memimpin seluruh kelompok yang ada di curva itu, untuk membentuk koreo yang indah..
Belum lagi kostum yang terkoordinir, dan bentangan spanduk yang di pinggir-pinggir lapangan adalah rasa ultras pada suporter Indonesia. Sayangnya, prestasi tim nasional dan klub-klubnya tak semanis prestasi Squadra Azurri dan wakil-wakil Serie A di Eropa. Pahit getir sepak bola Indonesia terutama sekali saat menilik kelakuan oknum pengurus.
Seorang Ultras sejati tidak memiliki nama -hanya teman dekat yang mengetahuinya-. Seorang Ultras sejati tidak dikenal oleh orang lain, kepalanya selalu tertutup oleh “hood”, hidung dan mulutnya selalu ditutup oleh syal. Seorang Ultras sejati tidak mengikuti mode dan hal teranyar lainnya. Saat seorang Ultra berjalan dikeramaian, kendati tanpa logo supporter, dia akan mudah dikenal orang lain.
Seorang Ultra sejati hanya menyerang jika diserang dan akan menolong jika diperlukan. Seorang Ultra sejati tidak akan berhenti kendati tiba di rumah dan membuka syalnya. Ultra Sejati akan selalu bertarung tujuh hari dalam seminggu.
Ultra tua akan memimpin dan memberikan contoh kepada yang muda. Ultra muda harus memberikan rasa hormat kepada yang tua. Ultra muda akan merasa bangga jika berdiri berdampingan dengan yang tua, mereka akan belajar dari kritikan si tua. Yang muda akan bersemangat jika mendapat jabatan tangan erat dari yang tua.
Saat orang normal melihat tingkah laku Ultra, mereka tidak akan mengerti, tetapi Ultra memang tidak ingin dimengerti atau menjelaskan arti keberadaan mereka. Setiap Ultra berbeda; ada yang mengenakan logo supporter atau tim ada juga yang tidak pernah menggunakan keduanya. Ada yang bepergian dalam sebuah kelompok ada yang pergi secara individu.
Kendati berbeda, satu hal yang membuat mereka bersatu adalah kecintaan terhadap klub, hasrat mereka untuk berdiri selama 90 menit tidak peduli hujan atau dingin. Mereka bersatu dan menghangatkan diri dengan teriakan keras dan serempak, bersatu kendati tertidur setengah mabuk di sebuah kereta atau bis yang membawa mereka pada pertandingan tandang, bersatu karena konvoi di pusat kota tim lawan, bersatu karena berbagi sedikit makanan setelah berjam-jam menahan rasa lapar, bersatu karena berbagi sebatang rokok, bersatu karena berpenampilan sama, bersatu karena idealisme, bersatu karena memiliki MENTALITAS yang sama.
Semua hal diatas menyatukan kami sekaligus menjauhkan kami dari bagian dunia yang lain; dari orang tua yang khawatir, dari sepupu yang bodoh, dari teman sekolah atau rekan kerja, dari guru atau bos yang tidak memiliki rasa toleransi. Ultras tidak pernah melakukan vandalisme atau kekerasan tanpa alasan. Ini hanya cara untuk bertahan dari hidup yang sudah terkena krisis masalah sosial, acara televisi yang bodoh, disko yang terus menerus menarik anak muda dan terpenting tindakan represif yang tidak dapat dibenarkan (polisi dan federasi).
Menjadi Ultra adalah seperti ini dan masih banyak lainnya seperti emosi dan hasrat yang tidak dapat dijelaskan kepada orang lain yang tidak mau mengerti atau kepada orang yang biasa memutar kepala dan melanjutkan hidup di balik kaca, orang yang tidak memilik cukup NYALI untuk menghancurkan kaca dan memasuki DUNIA KITA!
Ultras.. Sebuah kata yang akhir2 ini sangat sering disebut oleh media2 di tanah air seiring dengan banyaknya tindakkan hooliganisme yang dilakukan beberapa kelompok ultras di Italia. Sangat lucu sekali membaca beberapa comment di media yang menyebutkan bahwa ultras memiliki arti 'garis keras' yang selalu di indentikkan dengan hooliganisme. Tapi apa mau dikata, begitulah media, begitulah jurnalis, mereka hanya bisa menulis apa yang bisa mereka lihat tanpa harus benar2 mengerti dan benar2 memahami objek yang mereka jadikan berita.
Perlu sedikit diluruskan mengenai makna kata 'ultras' sendiri. Ultras bukan nama, Ultras adalah istilah.. sama dengan kata hooligan yang juga merupakan sebuah istilah. Kata ultras sendiri berasal dari suku kata Ultra yang dalam bentuk kata sifat berarti ekstrim dan dalam kata benda berarti ekstrimis penambahan huruf s sebagai penunjuk bentuk jamak (kelompok). Kata ekstrim sendiri berarti 'yang ter-'. 'yang paling'. 'melebihi yang lain', atau 'lebih dari biasa'. Bila dihubungkan dengan konteks supporter bisa dikatakan bahwa ultras berarti kelompok supporter yang memiliki fanatisme, rasa cinta, dan dukungan yang lebih dari supporter biasa. Sedangkan Hooligan sendiri adalah istilah yang berarti 'perusuh' atau 'suka berbuat onar'.
Ciri2 kelompok supporter Ultras adalah Selalu bernyanyi mendukung kesebelasan kebanggaanya, mendukung tim mereka baik dikandang sendiri maupun dikandang lawan, dan tak pernah meninggalkan tim kebanggannya baik saat jaya maupun saat terpuruk. Dari ciri2 kelompok ultrassendiri. bisa dikatakan bahwa hampir semua kelompok supporter di Indonesia adalah Ultras. Slemania itu ultras, The Jak itu ultras, Aremania itu ultras. klompok supporter lainnya juga ultras. Walau mereka tidak ada embel2 kata ultras dalam organisasi mereka tapi istilah ultras tetap mereka sandang karena mereka semua memiliki karakter dan mentalitas ultras. Meski demikian, ada banyak juga kelompok supporter (termasuk kami sendiri) yang menggunakan kata ultras sebagai nama kelompok mereka.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Ultras dan Hooligans adalah dua istilah yang berbeda dengan pengertian yang berbeda pula. Hampir semua hooligans adalah Ultras, tapi tidak semua Ultras adalah hooligans..!!
HOOLIGANS adalah fans sepakbola yang brutal ketika tim idolanya kalah bertanding. Hooligan merupakan stereotif supporter sepakbola dari Inggris, namun akhi-akhir ini menjadi fenomena dunia termasuk negara Indonesia sendiri. Sebagian besar dari hooligan adalah para backpacker yang berpengalaman dalam melakukan sebuah perjalanan. Tidak sedikit dari mereka yang sering keluar-masuk penjara karena sering terlibat dalam sebuah bentrokan. Mereka jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim pujaannya agar tidak terdeksi kehadiran mereka oleh pihak aparat. Meski demikian, keunggulan dari hooligan ini mereka paling anti menggunakan senjata dalam melakukan sebuah duel, karena menurut mereka itu hanyalah sebuah cara yang dilakukan oleh sekelompok banci.
Diantara Supporter Persija ada juga yang memang lahir dari komunitas hardmods, bootbois, skinhead, rudeboys, casuals, dll.. dan membentuk suatu kelompok yang disebut Persija FIRM (Tiger Boys) seperti di Inggris, namun disisi lain mereka membakar flare dan membuat syal komunitas, ya mungkin itu kreatifitas mereka, karena mengikuti suatu kultur, lagipula tidak berarti harus mengikuti semua pakem bakunya.

Selasa, 06 Maret 2012

Semen Padang Siap Rebut Kembali Puncak Klasemen

Semen Padang FC bertekad merebut kembali puncak klasemen Liga Prima Indonesia (LPI), yang saat ini ada di tangan Persibo Bojonegoro. Karena itu, menghadapi Persija Jakarta, Minggu (12/3) mendatang, di Stadion H. Agus Salim Padang, "Kabau Sirah" memasang target menang.  Dengan begitu, "capolista" akan kembali ke pangkuan Ellie Aiboy dkk.
Kekalahan 1-0 Persibo dari Persema Malang, Senin (5/3) malam, juga hal menguntungkan bagi Semen Padang, karena tim berjuluk "Laskar Angling Darma" itu urung memperlebar jarak dengan Semen Padang. Saat ini Persibo memimpin dengan 17 angka, atau unggul satu angka dari Semen Padang yang menempati peringkat kedua.

Menghadapi Persija Jakarta, pelatih Semen Padang Nil Maizar telah menyiapkan timnya secara serius. Jeda waktu yang lumayan panjang, dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menggenjot anak asuhanya. Tidak hanya soal teknik dan strategi, tapi fisik pemain juga ditingkatkan.

"Ini kesempatan kita untuk kembali ke puncak klasemen. Namun begitu, kita harus mempersiapkan diri semaksimal mungkin menghadapi Persija, karena mereka bukan tim lemah. 

Kita tentu tak ingintersandung oleh mereka," kata Nil Maizar.
 

Dia menyebutkan, timnya sudah beberapa kali berlatih taktik dan strategi di Stadion H. Agus Salim untuk pertandingan ini, karena semua pemain yang masuk timnas sudah kembali bergabung. Hal ini tentu semakin memudahkan Nil untuk menyusun strategi permainan melawan tim asuhan Jaya Hartono itu nantinya.

Disinggung soal kondisi beberapa pemainnya yang meraih hasil tidak bagus bersama timnas saat melawan Bahrain, Nil mengaku tidak ada masalah berarti. Meskipun secara personal sedikit banyak menimbulkan efek psikologis pada pemain bersangkutan, tapi secara tim hal itu tak berpengaruh.

"Saya memang prihatin, khususnya dengan pemain saya yang ada di timnas atas hasil di Bahrain itu. Tapi ketika mereka menelpon saya dan minta maaf atas kegagalan itu, saya sangat memahami kondisi yang mereka hadapi," katanya.

Sebagai seorang mantan pemain, Nil mengaku sangat mengerti "pukulan" seperti yang diterima pemainya dengan kekalahan seperti itu. Tapi sebagai pemain profesional, mereka tak hanya harus siap menikmati kemenangan, tapi juga harus siap menerima sebuah kekalahan. Karena memang itulah dinamika dalam sepakbola.

"Dalam hal ini saya mencoba menempatkan diri tak hanya sebagai pelatih mereka, tapi juga sebagai saudara, sahabat, bahkan sebagai orang tua mereka. Hal terbaik yang saya lakukan adalah tetap menjaga semangat mereka," tambah lelaki 42 tahun itu.
Apakah SP akan menurunkan lima pemain yang masuk timnas saat lawan Persija? Nil mengaku belum bisa memastikan. Sebab, dalam memutuskan seorang pemain untuk diturunkan, Nil selalu berpegang pada satu prinsip, yakni pemain yang paling siap secara fisik dan mental, itulah yang akan dimainkan. Itu biasanya akan ditentukan sehari menjelang pertandingan.

Lima pemain Semen Padang yang masuk timnas melawan Bahrain, adalah Samsidar, Hengky Ardiles, Abdul Rahman, Ferdinand Sinaga, dan Ricky Ohorella. "Saya melihat lima pemain saya itu cukup dewasa dan tegar menerima kekalahan. Mereka sepertinya tetap siap bermain hari Minggu nanti," tutup Nil.

Senin, 05 Maret 2012

Samsidar Bicara Kartu Merah Lawan Bahrain

Penjaga gawang Tim Nasional Indonesia, Samsidar, berbicara mengenai kartu merah yang didapatnya saat dikalahkan Bahrain 0-10. Kiper Semen Padang itu mengaku terkejut mendapat kartu merah saat laga  baru berjalan tiga menit.
 
Samsidar diganjar kartu merah oleh wasit asal Lebanon, Andree Al Haddad, saat pertandingan
Indonesia melawan Bahrain baru berjalan tiga menit, Rabu 29 Februari lalu. Kiper 29 tahun itu
melanggar Ismael Abdullatif di kotak penalti yang sudah dalam posisi bebas untuk mencetak gol.

"Pelanggaran itu spontanitas saya untuk menyelamatkan gawang. Saya spontan saja ambil
keputusan itu. Saya sudah berhenti dan tidak menarik kaus pemain. Tapi, wasit tidak tahu.
Mungkin karena dilihat wasit seperti itu, ya sudah," ujar Samsidar saat tiba di bandara
internasional Soekarno-Hatta, Jumat 2 Maret malam.
Diusirnya Samsidar membuat permainan Indonesia menjadi kacau. Alhasil tim Merah Putih
harus menelan kekalahan 0-10, atau hasil terburuk sepanjang sejarah Indonesia di sepakbola
internasional.

Samsidar mengaku tidak habis pikir dengan keputusan wasit. Menurutnya, meskipun berbau
pelanggaran, namun mantan kiper PSM Makassar tersebut tidak menyangka mendapatkan
kartu merah langsung. "Harusnya sih tidak langsung kartu merah, tapi, kartu kuning.
Pada saat itu, dia (Abdullatif) yang menabrak saya. Saya kira hanya
dapat penalti saja. Tapi, saat melihat wasit keluarin kartu merah, saya tidak bisa berbuat apa-apa," papar Samsidar.

Samsidar mengatakan, sebagai pemain yang kali pertama bermain di kancah internasional
bersama Timnas, ia sangat kecewa terhadap kejadian tersebut. Terlebih, Samsidar yakin
Indonesia bisa memberikan Bahrain perlawanan pada laga tersebut.

"Semuanya berjalan normal sampai ada insiden itu. Ini jelas membuat saya sangat kecewa
sekali. Baru pertama kali main, terus jadi kapten, ternyata baru
dua menit langsung dapat kartu merah. Kecewa sekali saya," ujar Samsidar.

Semen Padang FC Tak Lakukan Perombakan

Semen Padang kemungkinan besar akan mempertahankan seluruh pemainnya menjelang transfer window kompetisi Indonesian Premier League musim ini.

"Belum ada rencana perombakan tim. Kami mempertahankan semua pemain yang ada saat ini," kata Media Officer Semen Padang Ronny Suhatril.

Semen Padang kemungkinan besar tidak akan memanfaatkan pendaftaran pemain tahap kedua ini. Hal tersebut tak terlepas dari pencapaian tim berjuluk Kabau Sirah yang hingga kini berada di posisi kedua klasemen sementara IPL.

"Kami sengaja mengontrak banyak pemain untuk menghindari kelelahan. Biar ada rotasi sebab kompetisinya kan panjang. Ternyata jumlah klubnya hanya 12, sehingga yang terjadi saat ini kami kelebihan pemain," kata Ronny.

Dalam putaran pertama ini, Semen Padang memiliki empat pemain asing yang cukup andal, yakni David Ngan Pagbe, Yu Hyun Koo, Esteban Gabriel Viscarra, serta striker Edward Wilson Junior.

Sementara itu, untuk pemain lokal Semen Padang memiliki 26 pemain, termasuk lima pemain yang memperkuat Timnas Indonesia, yaitu Syamsidar, Abdul Rahman, Ferdinand Sinaga, Hengky Ardiles, dan Ricky Akbar Ohorella, dianggap lebih dari cukup.