Suporter di Indonesia sedang berada
dalam periode bertumbuh. Dalam lima tahun terakhir ini, muncul
kelompok-kelompok suporter terorganisir. Suatu fenomena yang berdampak
amat positif bagi perkembangan sepak bola nasional. Kehadiran kelompok
suporter ini sedikit banyak merubah gaya dukung dan pola perilaku
penonton di lapangan. Secara keseluruhan, berdampak pada industri sepak bola nasional yang lebih semarak dan berwarna.
Tak bisa dipungkiri aksi-aksi kreatif kelompok suporter di Indonesia
ini mengadopsi gaya suporter luar negeri. Meski di kemudian hari,
terjadi proses kreatif dengan lebih banyak menampilkan produk budaya
lokal. Suporter luar negeri yang menginspirasi itu bisa dari Barras
Bravas (Argentina/Amerika Latin),Roligan (Denmark), Tartan Army
(Skotlandia) dan tentunya Italian Ultras!
Kentalnya budaya ultras
bisa dilihat dengan teramat jelas dari atraksi kelompok suporter kita di
lapangan. Mulai dari menempati sisi tribun tertentu meski tidak selalu
di belakang gawang. Namun yang konsisten di sekitar belakang gawang
diantaranya yaitu ,Utras Persija,Orange Street Boys(Persija),BCS 1976
(PSS Sleman),ULT1919RAS(PPSM Magelang),UWS 1980(Semen Padang FC), sedangkan beberapa
kelompok suporter lainnya lebih suka di tribun tengah menghadap kamera!
Menggunakan istilah asing (Ultras) terkadang tidak juga salah asal
mengerti dan paham mengenai istilah tersebut. Ultras yang dipakai lebih
ke mentalitasnya.. nilai2nya... Saat supporter berdiri 90 menit dan
meneriakkan lagu2 pembangkit semangat (bukan lagu2 cacian kepada suatu
kelompok), tak peduli hasil yang dicapai,itu juga merupakan bagian dari
nilai2 ultras... saat anda melakukan koreografi2 memukau, itu bagian
dari nilai2 ultras..ataupun saat kami bertempur dengan supporter , itu
juga bagian dari nilai2 ultras..yang jelas Ultras tidak akan menyerang
jika tidak diserang terlebih dahulu,tidak akan menolong jika tidak
diperlukan
Tapi nilai2 itu, pastilah tercampur dengan budaya kita
sendiri... terkadang beberapa komunitas di dalam suporter Persija juga
menggunakan istilah ultras, walaupun saat mengaku ultras, mereka dengan
bangganya berfoto2 menunjukkan identitas mereka, ya mungkin itu
pemahaman akan arti ultras oleh mereka...(narsisme)… Di Luar Negri
(Italy,Inggris,German,dll) seorang ULTRAS mungkin tidak punya KTA/ID
Card atau bahkan kelompok tersebut sampai memiliki AD/ART karena mereka
sangat paham arti kata Ultras, alasan mereka datang ke stadion
benar-benar dari Hati dan Jiwanya..bukan juga karena UANG…sedangkan di
INDONESIA UANG adalah alat detok sempurna untuk sebuah loyalitas..Orang
bisa pindah agama,keyakinan,Klub,bahkan Partai.. Bagi saya AGAMA bisa
dipeluk oleh ribuan bahkan jutaan umat,TETAPI SEORANG manusia hanya bisa
PELUK SATU AGAMA, apabila ada yg percaya selain TUHANnya maka disebut
Musyrik Bahkan KAFIR...Team Sepakbola yang saya dukung Bisa didukung
oleh puluhan ribu supporter,TETAPI SEORANG SUPPORTER HANYA BISA MEMILIH
SATU TEAM SEPAKBOLA SAJA...Tetapi jika mendukung lebih dari satu
team,maka bisa disebut orang yang tidak memiliki komitmen atau bahkan
bisa dicap Pengkhianat…maka d iIndonesia muncul slogan seperti SATU
JAKARTA SATU (PERSIJA) ,SALAM SATU JIWA(AREMA) dll. Pendukung suatu klub
tak harus wadah tunggal (seperti Orde Baru). Apalagi saat ini, mereka
(kelompok suporter) melengkapi dengan AD/ART bahkan disahkan dengan akte
notaris segala. Ujung-ujungnya adalah konflik kepentingan dan potensi
dimanfaatkan elit politik. Contoh di SRIWIJAYA FC supporter Singamania
dan Beladas, di Persiba ada PFC dan Balistik, di PERSIJAP ada Banaspati
dan JETMEN,Di SEMEN PADANG FC ada SPARTACKS Dan The Kmers,dll
Nah kalo ultras di Indonesia itu yang hebat, terlalu
rapi. Kalo diluar negeri mereka hanya merupakan komunitas ataupun
kelompok. Kalo disini, kebanyakan merupakan organisasi yang memiliki
AD/ART. Parahnya masyarakat awam tidak bisa membedakan yang mana julukan
suporter dengan nama kelompok suporter. Seperti contoh The Jakmania.
Yang merupakan organisasi suporter pendukung Persija, tapi sering
diartikan sebagai julukan untuk menyebut seluruh suporter Persija.
Padahal gak semua suporter Persija adalah anggota The Jakmania. Dan
memang tidak semua klub punya julukan bagi suporter mereka.
Dirijen
seperti Yuli Sumpil, yang sohor itu adalah manifestasi seorang
CapoTifoso. Yuli memiliki wibawa seorang CapoTifoso, apabila ia
memerintahkan untuk melakukan suatu gerakan maka akan dipatuhi oleh
suporter termasuk (seandainya) memerintahkan mengintimidasi pemain lawan
dengan lemparan benda-benda, tetapi apabila ia melarang, maka tidak ada
satu pun suporter yang berani melawannya. Walaupun ada yang berpendapat
seorang Yuli Sumpil tidak pantas disebut demikian Karena dia "hanya"
memimpin Aremania. Beda dengan capo tifoso di curva sud atau nord di
Itali misalnya. Yang tidak hanya memimpin kelompoknya, tapi memimpin
seluruh kelompok yang ada di curva itu, untuk membentuk koreo yang
indah..
Belum lagi kostum yang terkoordinir, dan bentangan spanduk
yang di pinggir-pinggir lapangan adalah rasa ultras pada suporter
Indonesia. Sayangnya, prestasi tim nasional dan klub-klubnya tak semanis
prestasi Squadra Azurri dan wakil-wakil Serie A di Eropa. Pahit getir
sepak bola Indonesia terutama sekali saat menilik kelakuan oknum
pengurus.
Seorang Ultras sejati tidak memiliki nama -hanya teman
dekat yang mengetahuinya-. Seorang Ultras sejati tidak dikenal oleh
orang lain, kepalanya selalu tertutup oleh “hood”, hidung dan mulutnya
selalu ditutup oleh syal. Seorang Ultras sejati tidak mengikuti mode dan
hal teranyar lainnya. Saat seorang Ultra berjalan dikeramaian, kendati
tanpa logo supporter, dia akan mudah dikenal orang lain.
Seorang
Ultra sejati hanya menyerang jika diserang dan akan menolong jika
diperlukan. Seorang Ultra sejati tidak akan berhenti kendati tiba di
rumah dan membuka syalnya. Ultra Sejati akan selalu bertarung tujuh hari
dalam seminggu.
Ultra tua akan memimpin dan memberikan contoh
kepada yang muda. Ultra muda harus memberikan rasa hormat kepada yang
tua. Ultra muda akan merasa bangga jika berdiri berdampingan dengan yang
tua, mereka akan belajar dari kritikan si tua. Yang muda akan
bersemangat jika mendapat jabatan tangan erat dari yang tua.
Saat
orang normal melihat tingkah laku Ultra, mereka tidak akan mengerti,
tetapi Ultra memang tidak ingin dimengerti atau menjelaskan arti
keberadaan mereka. Setiap Ultra berbeda; ada yang mengenakan logo
supporter atau tim ada juga yang tidak pernah menggunakan keduanya. Ada
yang bepergian dalam sebuah kelompok ada yang pergi secara individu.
Kendati berbeda, satu hal yang membuat mereka bersatu adalah kecintaan
terhadap klub, hasrat mereka untuk berdiri selama 90 menit tidak peduli
hujan atau dingin. Mereka bersatu dan menghangatkan diri dengan teriakan
keras dan serempak, bersatu kendati tertidur setengah mabuk di sebuah
kereta atau bis yang membawa mereka pada pertandingan tandang, bersatu
karena konvoi di pusat kota tim lawan, bersatu karena berbagi sedikit
makanan setelah berjam-jam menahan rasa lapar, bersatu karena berbagi
sebatang rokok, bersatu karena berpenampilan sama, bersatu karena
idealisme, bersatu karena memiliki MENTALITAS yang sama.
Semua hal
diatas menyatukan kami sekaligus menjauhkan kami dari bagian dunia yang
lain; dari orang tua yang khawatir, dari sepupu yang bodoh, dari teman
sekolah atau rekan kerja, dari guru atau bos yang tidak memiliki rasa
toleransi. Ultras tidak pernah melakukan vandalisme atau kekerasan tanpa
alasan. Ini hanya cara untuk bertahan dari hidup yang sudah terkena
krisis masalah sosial, acara televisi yang bodoh, disko yang terus
menerus menarik anak muda dan terpenting tindakan represif yang tidak
dapat dibenarkan (polisi dan federasi).
Menjadi Ultra adalah seperti
ini dan masih banyak lainnya seperti emosi dan hasrat yang tidak dapat
dijelaskan kepada orang lain yang tidak mau mengerti atau kepada orang
yang biasa memutar kepala dan melanjutkan hidup di balik kaca, orang
yang tidak memilik cukup NYALI untuk menghancurkan kaca dan memasuki
DUNIA KITA!
Ultras.. Sebuah kata yang akhir2 ini sangat sering
disebut oleh media2 di tanah air seiring dengan banyaknya tindakkan
hooliganisme yang dilakukan beberapa kelompok ultras di Italia. Sangat
lucu sekali membaca beberapa comment di media yang menyebutkan bahwa
ultras memiliki arti 'garis keras' yang selalu di indentikkan dengan
hooliganisme. Tapi apa mau dikata, begitulah media, begitulah jurnalis,
mereka hanya bisa menulis apa yang bisa mereka lihat tanpa harus benar2
mengerti dan benar2 memahami objek yang mereka jadikan berita.
Perlu
sedikit diluruskan mengenai makna kata 'ultras' sendiri. Ultras bukan
nama, Ultras adalah istilah.. sama dengan kata hooligan yang juga
merupakan sebuah istilah. Kata ultras sendiri berasal dari suku kata
Ultra yang dalam bentuk kata sifat berarti ekstrim dan dalam kata benda
berarti ekstrimis penambahan huruf s sebagai penunjuk bentuk jamak
(kelompok). Kata ekstrim sendiri berarti 'yang ter-'. 'yang paling'.
'melebihi yang lain', atau 'lebih dari biasa'. Bila dihubungkan dengan
konteks supporter bisa dikatakan bahwa ultras berarti kelompok supporter
yang memiliki fanatisme, rasa cinta, dan dukungan yang lebih dari
supporter biasa. Sedangkan Hooligan sendiri adalah istilah yang berarti
'perusuh' atau 'suka berbuat onar'.
Ciri2 kelompok supporter Ultras
adalah Selalu bernyanyi mendukung kesebelasan kebanggaanya, mendukung
tim mereka baik dikandang sendiri maupun dikandang lawan, dan tak pernah
meninggalkan tim kebanggannya baik saat jaya maupun saat terpuruk. Dari
ciri2 kelompok ultrassendiri. bisa dikatakan bahwa hampir semua
kelompok supporter di Indonesia adalah Ultras. Slemania itu ultras, The
Jak itu ultras, Aremania itu ultras. klompok supporter lainnya juga
ultras. Walau mereka tidak ada embel2 kata ultras dalam organisasi
mereka tapi istilah ultras tetap mereka sandang karena mereka semua
memiliki karakter dan mentalitas ultras. Meski demikian, ada banyak juga
kelompok supporter (termasuk kami sendiri) yang menggunakan kata ultras
sebagai nama kelompok mereka.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Ultras
dan Hooligans adalah dua istilah yang berbeda dengan pengertian yang
berbeda pula. Hampir semua hooligans adalah Ultras, tapi tidak semua
Ultras adalah hooligans..!!
HOOLIGANS adalah fans sepakbola yang
brutal ketika tim idolanya kalah bertanding. Hooligan merupakan
stereotif supporter sepakbola dari Inggris, namun akhi-akhir ini menjadi
fenomena dunia termasuk negara Indonesia sendiri. Sebagian besar dari
hooligan adalah para backpacker yang berpengalaman dalam melakukan
sebuah perjalanan. Tidak sedikit dari mereka yang sering keluar-masuk
penjara karena sering terlibat dalam sebuah bentrokan. Mereka jarang
menggunakan pakaian yang sama dengan tim pujaannya agar tidak terdeksi
kehadiran mereka oleh pihak aparat. Meski demikian, keunggulan dari
hooligan ini mereka paling anti menggunakan senjata dalam melakukan
sebuah duel, karena menurut mereka itu hanyalah sebuah cara yang
dilakukan oleh sekelompok banci.
Diantara Supporter Persija ada juga
yang memang lahir dari komunitas hardmods, bootbois, skinhead,
rudeboys, casuals, dll.. dan membentuk suatu kelompok yang disebut
Persija FIRM (Tiger Boys) seperti di Inggris, namun disisi lain mereka
membakar flare dan membuat syal komunitas, ya mungkin itu kreatifitas
mereka, karena mengikuti suatu kultur, lagipula tidak berarti harus
mengikuti semua pakem bakunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar